Penerapan
Sistem Cerdas pada Bidang
Industri
Teknologi industry Pertanian adalah penerapan
dari ilmu-ilmu terapan dan teknik
pada kegiatan pertanian. .Industri berbasis pertanian
(agroindustri) dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian.Teknologi Industri Pertanian didefinisikan sebagai disiplin
ilmu terapan yang menitikberatkan pada perencanaan, perancangan, pengembangan,
evaluasi suatu sistem terpadu (meliputi manusia, bahan, informasi, peralatan dan energi) pada
kegiatan agro industri untuk mencapai kinerja (efisiensi
dan efektivitas) yang optimal. Disiplin ini menerapkan
matematika, fisika, kimia/biokimia, ilmu-ilmu sosial ekonomi, prinsip-prinsip
dan metodologi dalam menganalisis dan merancang agar mampu memperkirakan dan
mengevaluasi hasil yang diperoleh dari sistem terpadu agroindustry. Sebagai paduan dari dua disiplin,
teknik proses dan teknik industri dengan objek formalnya adalah pendayagunaan
hasil pertanian.
Teknologi
Industri Pertanian memiliki bidang kajian sebagai berikut :
- Sistem
teknologi proses industri pertanian, kegiatan pertanian yang berkaitan
dengan perencanaan, instalasi dan perbaikan suatu sistem terpadu yang
terdiri atas bahan, sumberdaya, peraltan dan energi pada pabrik
agroindustri.
- Manajemen
industri, kajian yang berkaitan dengan perencanaan, pengoperasian dan
perbaikan suatu sistem terpadu pada permasalahan sistem usaha agroindustri.
- Teknoekonomi
agroindustri, kajian yang berkaitan dengan perencanaan, analisis dan
perumusan kebijakan suatu sistem terpadu pada permasalahan sektor
agroindustri.
- Manajemen
mutu, penerapan prinsip-prinsip manajemen (perencanaan, penerapan dan perbaikan)
pada bahan (dasar, baku), sistem proses, produk, dan lingkungan untuk
mencapai taraf mutu yang ditetapkan.
Kegiatan
hilir dari pertanian berupa penanganan, pengolahan, distribusi dan pemasaran
yang semula secara sederhana dan tercakup dalam teknologi hasil pertanian,
berkembang menjadi lebih luas dengan pendekatan dari sistem Industri
PENTINGNYA
TEKNOLOGI PERTANIAN
Indonesia tidak bisa begitu saja melupakan pertanian, bagaimanapun
sektor agraris tetap saja menjadi sektor paling penting. Pembangunan
pertanian harus berlanjut, sebagaimana ditempuh negara tetangga Thailand dan
Vietnam. Usaha penelitian dan pengembangan teknologi pertanian yang sesuai
dengan kebutuhan petani perlu dilanjutkan dan ditingkatkan.
Kemampuan petani dalam penerapan dan penguasaan teknologi pertanian
harus ditumbuhkan melalui kegiatan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan.
Sedangkan untuk memperlancar keanekaragaman produksi serta meningkatkan nilai
tambah dan daya saing komoditi pertanian perlu dipacu melalui usaha
agroindustri dan agrobisnis. Untuk mewujudkan arah pembangunan sektor pertanian
tersebut, komponen teknologi pertanian muncul sebagai tulang punggung.
Bagaimanapun hanya melalui penggunaan teknologi yang maju sektor pertanian bisa
menjadi efisien dan tangguh.
Dalam
buku Menggerakan dan Membangun Pertanian, A.T.Mosher menjelaskan, bahwa
teknologi yang senatiasa berubah merupakan syarat mutlak adanya pembangunan
pertanian. Kalau tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan pertanian
pun akan terhenti. Produksi terhenti kenaikannya, bahan dapat menurun karena
merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan yang makin meningkat oleh hama
penyakit yang main merajalela.
Dengan demikian untuk makin tumbuh dan berkembangnya sektor
pertanian, maka pengembangan dan aplikasi teknologi pertanian sangat
diperlukan, dengan kata lain perlu dimasyarakatkan. Untuk mengantisipasi
perkembangan keadaan, masyarakat tani harus melek teknologi, paling tidak mampu
mengadopsi teknologi tepat guna dan diterapkan dalam usaha taninya. Dalam
sektor pertanian senantiasa terjadi perubahan teknologi (technology change)
dan muncul inovasi (innovation). Dalam beberapa dekade terakhir hal itu
terlihat jelas pada sub sektor tanaman pangan. Khususnya padi. Berkat
perkembangan teknologi, Indonesia yang semula berstatus sebagai negara
pengimpor beras terbesar di dunia, sempat berubah menjadi negara berswasembada
beras, bahkan pernah mengekspor.
Berbagai teknologi yang dikembangkan, mulai dari teknologi benih
yang menghasilkan benih unggul berproduksi tinggi, teknologi pemupukan yang
antara lain menghasilkan urea tablet, teknologi pengendalian hama dan penyakit,
termasuk teknologi pengembangan mesin budidaya dan pasca panen, kontribusinya
sangat nyata terhadap peningkatan produksi dan perbaikan kesejahteraan sebagian
petani. Posisi swasembada beras pernah disandang. Hal itu menunjukkan adanya
kemampuan masyarakat tani dalam mengadosi berbagai teknologi baru. Meskipun
tingkat pendidikan sebagian besar petani rendah, namun ternyata petani
Indonesia memiliki kemampuan yang tinggi dalam memahami dan mengaplikasikan
teknologi pertanian. Hal itu juga berkat kepiawaian para penyuluh lapangan yang
senantiasa memberikan motivasi dan bimbingan kepada peatni. Di tingkat pusat,
Kementerian Pertanian melalui Badan penelitian dan Pengembangan (Balitbang) hingga
ke Balai Penelitian tidakhenti-hentinya berupaya mencari dan
menemukan teknologi terbaru, yang diharapkan mampu mendongkrak perkembangan
sector pertanian. Kalau padamulanya perhatian relatif terfokus pada sub sektor
tanaman pangan, maka kini sub sektor lainnya pun terus diperhatikan secara
serius, baik hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan, bahkan kini
telah berdiri Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu Kementerian
Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Hasil Pertanian
(Agroindustri) pun turut berupaya meningkatkan nilai tambah hasil pertanian.
Dengan adanyanya dukungan Kementerian, BPPT, Bappenas, perguruan tinggi, LSM,
dan sebagainya, maka pengembangan teknologi pertanian pun makin marak. Untuk
memasyarakatkan teknologi baru memang tidak mudah, memerlukan waktu dan proses,
juga tergantung pada bagaimana kondisi masyarakat tani. Menurut Prof Mubyarto,
begitu petani merasa suatu hasil teknologi baru menguntungkan maka ia akan
menerimanya. Tidak hanya petani Indonesia tetapi petani di mana saja, bahkan di
Amerika Serikat dan Australia, memerlukan waktu berpikir yang lama.
Petani Iowa (Amerika Serikat) memerlukan waktu rata-rata Sembilan
tahun untuk mengadopsi jagung hibrida; petani Australia Selatan membutuhkan
waktu 12 tahun untuk mengadopsi penggunaan pupuk sejak pertama kali diperkenalkan.
Sedangkan petani Indonesia hanya memerlukan waktu setahun untuk
mempertimbangkan untung ruginya menanam padi varietas PB 8 dan PB 5.
Pengembangan teknologi pertanian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan
taraf hidup petani dan nelayan; memperluas lapangan kerja dan kesempatan
berusaha; mengisi dan memperluas pasar dalam dan luar negeri; meningkatkan
keanekaragaman hasil; meningkatkan mutu dan derajat pengolahan produksi; dan
menunjang pembangunan wilayah. Hal itupun tertuang dalam program pembangunan
bahkan semasa Orde Baru berkuasa masuk dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
(Atep Afia).
Permasalahan
Pertanian di Indonesia dan Peranan Teknologi Pertanian
Permasalahan
pertanian di Indonesia dikelompokkan menjadi 4 permasalahan menurut penulis. Berikut
adalah permasalahan-permasalahan yang ada:
- Minimnya
Infrastruktur yang ada.
- Kurangnya
pemberdayaan petani.
- Perkembangan
posisi tawar petani yang kecil.
- Hasil pertanian yang tidak diolah dan langsung dijual.
Indonesia
Expanding Horizons menyatakan beberapa poin yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Fokus dalam pendapatan para petani; titik berat di padi tidak lagi
dapat menjamin segi pendapatan petani maupun program keamanan pangan
2.
Peningkatan
produktifitas adalah kunci dalam peningkatan pendapatan petani, oleh karena itu
pembangunan ulang riset dan sistem tambahan menjadi sangat menentukan
3.
Dana
diperlukan, dan dapat diperoleh dari usaha
sementara untuk memenuhi kebutuhan kredit para petani melalui skema
kredit yang dibiayai oleh APBN
4.
Pertanian yang telah memiliki sistem irigasi
sangat penting, dan harus dipandang sebagai aktifitas antar sektor. Pemerintah
perlu memastikan integritas infrastruktur dengan
keterlibatan pengguna irigasi secara lebih intensif,
dan meningkatkan efisiensi penggunaan air untuk
mencapai panen yang lebih optimal hingga setiap tetes air
5.
Fokus dari peran regulasi dari Departemen
Pertanian perlu ditata ulang. Kualitas input yang
rendah mempengaruhi produktifitas petani; karantina
diperlukan untuk melindungi kepentingan petani
dari penyakit dari luar namun pada saat
yang bersamaan juga tidak membatasi masuknya bahan baku
impor; dan standar produk secara terus menerus ditingkatkan
di dalam rantai pembelian oleh sector swasta,
bukan oleh pemerintah.
Solusi diatas merupakan solusi umum untuk semua permasalahan. Namun
untuk permasalahan yang disebutkan penulis, maka solusinya bisa ditemukann
dengan penerapan teknologi pertanian (untuk poin1, 3 dan 4).Teknologi pertanian
merupakan teknologi yang digunakan untuk menangani masalah pertanian baik pada
waktu pra panen maupun pasca panen. Pada pra panen bisa digolongkan penyediaan
alat-alat pertanian yang cukup, sedangkan pasca panen berperan dalam pengolahan
dan penanganan hasil-hasil pertanian agar tetap segar dan kualitasnya tetap
terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar