Minggu, 13 November 2016

Penerapan Sistem Cerdas pada Bidang Industri

Penerapan Sistem Cerdas pada Bidang Industri

Teknologi industry Pertanian adalah penerapan dari ilmu-ilmu terapan dan teknik pada kegiatan pertanian. .Industri berbasis pertanian (agroindustri) dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian.Teknologi Industri Pertanian didefinisikan sebagai disiplin ilmu terapan yang menitikberatkan pada perencanaan, perancangan, pengembangan, evaluasi suatu sistem terpadu (meliputi manusia, bahan, informasi, peralatan dan energi) pada kegiatan agro industri untuk mencapai kinerja (efisiensi dan efektivitas) yang optimal. Disiplin ini menerapkan matematika, fisika, kimia/biokimia, ilmu-ilmu sosial ekonomi, prinsip-prinsip dan metodologi dalam menganalisis dan merancang agar mampu memperkirakan dan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari sistem terpadu agroindustry. Sebagai paduan dari dua disiplin, teknik proses dan teknik industri dengan objek formalnya adalah pendayagunaan hasil pertanian.
Teknologi Industri Pertanian memiliki bidang kajian sebagai berikut :
  1. Sistem teknologi proses industri pertanian, kegiatan pertanian yang berkaitan dengan perencanaan, instalasi dan perbaikan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bahan, sumberdaya, peraltan dan energi pada pabrik agroindustri.
  2. Manajemen industri, kajian yang berkaitan dengan perencanaan, pengoperasian dan perbaikan suatu sistem terpadu pada permasalahan sistem usaha agroindustri.
  3. Teknoekonomi agroindustri, kajian yang berkaitan dengan perencanaan, analisis dan perumusan kebijakan suatu sistem terpadu pada permasalahan sektor agroindustri.
  4. Manajemen mutu, penerapan prinsip-prinsip manajemen (perencanaan, penerapan dan perbaikan) pada bahan (dasar, baku), sistem proses, produk, dan lingkungan untuk mencapai taraf mutu yang ditetapkan.
Kegiatan hilir dari pertanian berupa penanganan, pengolahan, distribusi dan pemasaran yang semula secara sederhana dan tercakup dalam teknologi hasil pertanian, berkembang menjadi lebih luas dengan pendekatan dari sistem Industri






PENTINGNYA TEKNOLOGI PERTANIAN

Indonesia tidak bisa begitu saja melupakan pertanian, bagaimanapun sektor agraris tetap saja menjadi sektor paling penting.  Pembangunan pertanian harus berlanjut, sebagaimana ditempuh negara tetangga Thailand dan Vietnam. Usaha penelitian dan pengembangan teknologi pertanian yang sesuai dengan kebutuhan petani perlu dilanjutkan dan ditingkatkan.

Kemampuan petani dalam penerapan dan penguasaan teknologi pertanian harus ditumbuhkan melalui kegiatan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan. Sedangkan untuk memperlancar keanekaragaman produksi serta meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditi pertanian perlu dipacu melalui usaha agroindustri dan agrobisnis. Untuk mewujudkan arah pembangunan sektor pertanian tersebut, komponen teknologi pertanian muncul sebagai tulang punggung. Bagaimanapun hanya melalui penggunaan teknologi yang maju sektor pertanian bisa menjadi efisien dan tangguh.
            Dalam buku Menggerakan dan Membangun Pertanian, A.T.Mosher menjelaskan, bahwa teknologi yang senatiasa berubah merupakan syarat mutlak adanya pembangunan pertanian. Kalau tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan pertanian pun akan terhenti. Produksi terhenti kenaikannya, bahan dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan yang makin meningkat oleh hama penyakit yang main merajalela.

Dengan demikian untuk makin tumbuh dan berkembangnya sektor pertanian, maka pengembangan dan aplikasi teknologi pertanian sangat diperlukan, dengan kata lain perlu dimasyarakatkan. Untuk mengantisipasi perkembangan keadaan, masyarakat tani harus melek teknologi, paling tidak mampu mengadopsi teknologi tepat guna dan diterapkan dalam usaha taninya. Dalam sektor pertanian senantiasa terjadi perubahan teknologi (technology change) dan muncul inovasi (innovation). Dalam beberapa dekade terakhir hal itu terlihat jelas pada sub sektor tanaman pangan. Khususnya padi. Berkat perkembangan teknologi, Indonesia yang semula berstatus sebagai negara pengimpor beras terbesar di dunia, sempat berubah menjadi negara berswasembada beras, bahkan pernah mengekspor.

Berbagai teknologi yang dikembangkan, mulai dari teknologi benih yang menghasilkan benih unggul berproduksi tinggi, teknologi pemupukan yang antara lain menghasilkan urea tablet, teknologi pengendalian hama dan penyakit, termasuk teknologi pengembangan mesin budidaya dan pasca panen, kontribusinya sangat nyata terhadap peningkatan produksi dan perbaikan kesejahteraan sebagian petani. Posisi swasembada beras pernah disandang. Hal itu menunjukkan adanya kemampuan masyarakat tani dalam mengadosi berbagai teknologi baru. Meskipun tingkat pendidikan sebagian besar petani rendah, namun ternyata petani Indonesia memiliki kemampuan yang tinggi dalam memahami dan mengaplikasikan teknologi pertanian. Hal itu juga berkat kepiawaian para penyuluh lapangan yang senantiasa memberikan motivasi dan bimbingan kepada peatni. Di tingkat pusat, Kementerian Pertanian melalui Badan penelitian dan Pengembangan (Balitbang) hingga ke Balai Penelitian tidakhenti-hentinya berupaya mencari dan menemukan teknologi terbaru, yang diharapkan mampu mendongkrak perkembangan sector pertanian. Kalau padamulanya perhatian relatif terfokus pada sub sektor tanaman pangan, maka kini sub sektor lainnya pun terus diperhatikan secara serius, baik hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan, bahkan kini telah berdiri Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Hasil Pertanian (Agroindustri) pun turut berupaya meningkatkan nilai tambah hasil pertanian. Dengan adanyanya dukungan Kementerian, BPPT, Bappenas, perguruan tinggi, LSM, dan sebagainya, maka pengembangan teknologi pertanian pun makin marak. Untuk memasyarakatkan teknologi baru memang tidak mudah, memerlukan waktu dan proses, juga tergantung pada bagaimana kondisi masyarakat tani. Menurut Prof Mubyarto, begitu petani merasa suatu hasil teknologi baru menguntungkan maka ia akan menerimanya. Tidak hanya petani Indonesia tetapi petani di mana saja, bahkan di Amerika Serikat dan Australia, memerlukan waktu berpikir yang lama.

Petani Iowa (Amerika Serikat) memerlukan waktu rata-rata Sembilan tahun untuk mengadopsi jagung hibrida; petani Australia Selatan membutuhkan waktu 12 tahun untuk mengadopsi penggunaan pupuk sejak pertama kali diperkenalkan. Sedangkan petani Indonesia hanya memerlukan waktu setahun untuk mempertimbangkan untung ruginya menanam padi varietas PB 8 dan PB 5. Pengembangan teknologi pertanian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan; memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha; mengisi dan memperluas pasar dalam dan luar negeri; meningkatkan keanekaragaman hasil; meningkatkan mutu dan derajat pengolahan produksi; dan menunjang pembangunan wilayah. Hal itupun tertuang dalam program pembangunan bahkan semasa Orde Baru berkuasa masuk dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN). (Atep Afia).

Permasalahan Pertanian di Indonesia dan Peranan Teknologi Pertanian
Permasalahan pertanian di Indonesia dikelompokkan menjadi 4 permasalahan menurut penulis. Berikut adalah permasalahan-permasalahan yang ada:
  • Minimnya Infrastruktur yang ada.
  • Kurangnya pemberdayaan petani.
  • Perkembangan posisi tawar petani yang kecil.
  • Hasil pertanian yang tidak diolah dan langsung dijual.
Indonesia Expanding Horizons menyatakan beberapa poin yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.      Fokus dalam pendapatan para petani; titik berat di padi tidak lagi dapat menjamin segi pendapatan petani maupun program keamanan pangan
2.      Peningkatan produktifitas adalah kunci dalam peningkatan pendapatan petani, oleh karena itu pembangunan ulang riset dan sistem tambahan menjadi sangat menentukan
3.      Dana  diperlukan,  dan  dapat  diperoleh  dari  usaha  sementara  untuk memenuhi kebutuhan kredit para petani melalui skema kredit yang dibiayai oleh APBN
4.       Pertanian yang telah memiliki sistem irigasi sangat penting, dan harus dipandang sebagai aktifitas antar sektor. Pemerintah perlu memastikan integritas  infrastruktur  dengan  keterlibatan  pengguna  irigasi  secara lebih  intensif,  dan  meningkatkan  efisiensi  penggunaan  air  untuk mencapai panen yang lebih optimal hingga setiap tetes air
5.       Fokus dari peran regulasi dari Departemen Pertanian perlu ditata ulang. Kualitas  input  yang  rendah  mempengaruhi  produktifitas  petani; karantina  diperlukan  untuk  melindungi  kepentingan  petani  dari penyakit  dari  luar  namun  pada  saat  yang  bersamaan  juga  tidak membatasi masuknya bahan baku impor; dan standar produk secara terus  menerus  ditingkatkan  di  dalam  rantai  pembelian  oleh  sector swasta, bukan oleh pemerintah.

Solusi diatas merupakan solusi umum untuk semua permasalahan. Namun untuk permasalahan yang disebutkan penulis, maka solusinya bisa ditemukann dengan penerapan teknologi pertanian (untuk poin1, 3 dan 4).Teknologi pertanian merupakan teknologi yang digunakan untuk menangani masalah pertanian baik pada waktu pra panen maupun pasca panen. Pada pra panen bisa digolongkan penyediaan alat-alat pertanian yang cukup, sedangkan pasca panen berperan dalam pengolahan dan penanganan hasil-hasil pertanian agar tetap segar dan kualitasnya tetap terjaga.